Selamat datang di MTsN 3 Mataram, Madrasah Uswah (Unggul, Santun, ber-Wawasan, ber-Akhlak dan Handal)

TGH. Kamarullah: “Pendidikan Anak Tak Cukup dengan Nilai, Tapi Juga Saleh”

pengajian umum MTsN 3 Mataram

Mataram
– Pengajian umum yang dirangkaikan dengan pembagian raport semester genap Tahun Pelajaran 2024/2025 di MTsN 3 Mataram pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025, menghadirkan tausiyah istimewa dari Tuan Guru Haji (TGH) Kamarullah, S.H., M.H. Di hadapan ratusan wali murid kelas VII dan VIII, beliau menyampaikan ceramah agama yang menyentuh, mendalam, dan menyadarkan semua pihak tentang urgensi pendidikan agama dalam kehidupan anak-anak.

Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, TGH. Kamarullah membuka tausiyahnya dengan doa dan pujian kepada Allah SWT serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau menyampaikan rasa syukur atas pertemuan yang diadakan dalam suasana penuh berkah dan semangat ukhuwah Islamiyah.

“Mudah-mudahan pertemuan kita ini diberkahi dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala,” ucapnya, disambut penuh takzim oleh seluruh hadirin.

Tujuan Pendidikan: Menjadi Anak Saleh, Bukan Sekadar Mengejar Gelar

TGH. Kamarullah mengawali pesan utamanya dengan mengingatkan bahwa hasil raport bukanlah tujuan akhir pendidikan. Menurut beliau, sehebat apapun gelar akademik seseorang, tidak ada artinya jika tidak disertai dengan kesalehan.

“Anak kita mau S1, S2, bahkan S3, tapi jika tidak saleh, maka semua itu kosong. Tujuan utama kita mendidik adalah agar anak menjadi pribadi yang saleh, mengenal Tuhan, dan mampu melaksanakan ajaran agama,” tegasnya.

Beliau mengapresiasi madrasah seperti MTsN 3 Mataram karena memberikan perhatian besar terhadap pendidikan keagamaan, mulai dari tauhid, fikih, akhlak, hingga Al-Qur’an dan hadis. Menurut beliau, tidak semua orang tua punya waktu dan kapasitas untuk mengajarkan itu di rumah, sehingga keberadaan madrasah sangat penting sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam mendidik secara spiritual.

Anak sebagai Pelanjut Ibadah Orang Tua

TGH. Kamarullah menjelaskan bahwa anak-anak adalah pelanjut ibadah orang tua. Beliau mengutip isi dari kitab Risalatul Mu’awanah karya Habib Abdullah Al-Haddad yang menekankan bahwa niat mendidik anak adalah bagian dari ibadah.

“Kalau niat kita mendidik anak agar menjadi generasi saleh, maka itu akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya, bahkan setelah kita wafat,” terang beliau.

Beliau juga berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana beliau sendiri mempercayakan anak-anaknya untuk belajar di pondok pesantren agar memperoleh pembinaan yang lebih intensif dalam hal keagamaan.

Ilmu Agama: Bekal Hidup Dunia dan Akhirat

Salah satu segmen yang paling kuat dalam ceramah beliau adalah tentang pentingnya ilmu fikih sebagai dasar dari amal yang benar. TGH. Kamarullah menyampaikan bahwa banyak umat Islam masih belum memahami dengan benar tentang tata cara bersuci, shalat, dan ibadah lainnya, bahkan dalam hal yang sangat mendasar seperti mandi wajib dan tayamum.

Beliau menyebutkan beberapa contoh konkret, seperti: Hukum keluar mani tanpa hubungan suami istri tetap wajib mandi junub. Tata cara tayamum jika tangan atau anggota wudhu sedang terluka. Perbedaan najis dan cara menyucikannya. Dan Ketentuan sahnya wudhu dalam kondisi tertentu.

“Amal yang dilakukan tanpa ilmu, tidak diterima. Salat yang kita kerjakan bertahun-tahun bisa saja tidak sah jika wudhunya salah. Maka jangan anggap sepele ilmu agama,” ujar beliau penuh penekanan.

Muamalah dan Munakahat: Fikih Sosial yang Sering Terabaikan

Tak hanya membahas ibadah ritual, TGH. Kamarullah juga menyoroti pentingnya fikih muamalah (transaksi) dan munakahat (pernikahan). Beliau mengingatkan bahwa banyak permasalahan sosial, termasuk nikah siri, nikah online, waris, dan jual beli online, sering kali bermasalah karena umat tidak dibekali dengan ilmu agama yang cukup.

“Jangan sampai wali dalam pernikahan salah orang. Jangan sampai akad tidak sah karena tidak tahu rukun dan syaratnya. Semua itu penting dan diajarkan di madrasah,” paparnya.

Beliau bahkan menguraikan tentang urutan wali dalam pernikahan, dan bagaimana jika wali tidak hadir atau berada di luar negeri, serta pentingnya memahami hukum-hukum seperti talaq, rujuk, dan hak-hak dalam pernikahan.

Mengapa Kita Persiapkan Dunia, Tapi Lupa Akhirat?

Salah satu bagian reflektif dari ceramah tersebut adalah ketika beliau membandingkan keseriusan manusia dalam mempersiapkan kehidupan dunia yang hanya sementara, dengan kurangnya perhatian dalam mempersiapkan kehidupan akhirat yang abadi.

“Hidup di dunia 60–70 tahun kita siapkan dengan serius—sekolah, kerja, bisnis. Tapi kehidupan di akhirat yang selama-lamanya, justru sering kita abaikan. Padahal itulah yang kekal,” ujar beliau disambut keheningan penuh makna dari hadirin.

Beliau menyerukan pentingnya menghadiri majelis ilmu dan memperkuat bekal keagamaan karena ilmu agama adalah satu-satunya yang akan menyelamatkan di akhirat.

Ilmu sebagai Jalan Menuju Surga

TGH. Kamarullah mengutip hadits Rasulullah SAW:

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan jalannya ke surga.”

Beliau menegaskan bahwa ilmu agama bukan sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan pokok setiap manusia. Tanpa ilmu, seseorang bisa tersesat dalam ibadah maupun dalam kehidupan sosialnya.

“Kalau bekerja saja kita semangat, kenapa dalam urusan agama kita lemas? Mari kita bangun semangat belajar, minimal hadir di pengajian kampung atau masjid. Kita tidak harus jadi ustaz, tapi jangan sampai jadi orang awam terus,” katanya penuh semangat.

Menutup dengan Harapan dan Doa

Di akhir pengajiannya, TGH. Kamarullah mengajak semua wali murid untuk memperkuat komitmen mendidik anak-anak dengan ilmu agama dan menjadikan mereka sebagai investasi akhirat yang nyata.

“Jangan lelah mendampingi anak-anak untuk terus belajar. Kalau kita tidak sanggup mengajar sendiri, titipkan pada lembaga yang tepat. Insyaallah, anak-anak kita akan menjadi penerang jalan kita menuju surga,” tutup beliau dengan doa dan harapan agar seluruh hadirin mendapatkan keberkahan dari majelis ilmu tersebut.

Pengajian yang Menggugah Kesadaran

Pengajian umum ini menjadi bagian penting dari upaya MTsN 3 Mataram untuk menghadirkan pendidikan yang utuh—tidak hanya fokus pada nilai akademik, tetapi juga memperkuat nilai-nilai spiritual dan moral. Tausiyah TGH. Kamarullah yang mendalam dan komprehensif berhasil menyentuh hati para wali murid dan memperkuat tekad mereka untuk terus mengawal pendidikan anak-anak, bukan hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan sosial.

MTsN 3 Mataram menunjukkan bahwa pembagian raport bukan hanya seremonial, tetapi juga momentum reflektif bagi semua pihak untuk melihat kembali arah dan tujuan pendidikan anak.

Tim Redaksi : Ruslan Wahid, ST (Pembina KIR)

0 Komentar